Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Rabu, 01 Juli 2009

ISLAM SOSIALIS

Menghadapi peradaban modern, diperlukan penyegaran dan pembaruan pemikiran keagamaan (Islam).

Tantangan yang dihadapi kaum muslim pada jaman ini benar-benar memiliki implikasi serius terhadap masa depan agamanya. Permasalahan sosio-ekonomi yang dihadapi umat di era modern ini sangat kompleks, sehingga atas dasar keyakinan agama yang kuat, para pembaru Islam berkeinginan untuk menampilkan Islam sebagai kekuatan alternatif dalam menghadapi masalah sosio-ekonomi umat.

Disamping menghadapi berbagai serangan dari kritikus Barat dan benturan kebudayaan, kaum muslim juga berhadapan dengan Barat dengan status sebagai bangsa yang terjajah. Strategi umat Islam menghadapi peradaban modern memerlukan ‘penanganan’ agama yang serius. Penyegaran dan pembaharuan pemikiran keagamaan, serta hadirnya sejumlah pembaharu di dunia Islam merupakan suatu keharusan. Tanpa hal itu, akan berakibat yang tidak dapat dibayangkan bagi masa depan Islam dan umatnya, yaitu Islam sebagai agama, lama-kelamaan akan ditinggalkan oleh pemeluknya. Sebab, Islam dianggap tidak dapat menjawab permasalahan yang terjadi pada zaman sekarang (modern).


Setelah kemerdekaan diraih oleh hampir seluruh negara-negara Islam yang terjajah, para pembaru berupaya untuk menata segala aspek kehidupan, baik aspek ekonomi, sosial, politik maupun budaya. Dalam aspek sosio-ekonomi, pada saat itu muncul konsep sosialisme Islam. Sosialisme Islam menurut Syaihk Muhammad Al-Ghazali merupakan sistem ekonomi alternatif yang didasarkan atas nilai-nilai Islam. Ia bertujuan untuk menata kehidupan umat Islam dalam rangka mencapai kesejahteraan hidup di dunia ini dan di akhirat, namun tetap sesuai dengan ajaran-Nya. Disamping itu sosialisme Islam muncul sebagai reaksi atas sistem ekonomi kapitalis dan sistem sosialis komunis yang kurang mencerminkan nilai-nilai Islam. (Syaikh Mahmud, 1989).


Pandangan Islam tentang kehidupan, diwarnai oleh kepastian, keselarasan dan dinamisme. Seluruh karakteristik ini berasal dari filsafat Islam asli, yaitu yang berusaha memadukan berbagai segi kehidupan manusia lewat aksioma etikanya yang universal, yaitu kesatuan (tauhid), bukannya membeda-bedakan. Islam menganut sistem keseimbangan, kehendak bebas dan pertanggungjawaban dalam segala aspek kehidupannya. Keseluruhan aksioma etika ini terbentuk dari sistem Islam, yang selanjutnya mengalami proses dan berevolusinya kehidupan manusia. Jelasnya, kegiatan ekonomi manusia harus tunduk kepada tujuan moral yang dominan dalam semua aksioma etika ini. Karena adanya masalah tersebut, pandangan Islam mengenai ilmu ekonomi menyusut menjadi sub-himpunan dari rangkaian pandangan etika ekonominya mengenai kehidupan pada umumnya.

Sjafruddin Prawiranegara sebagai salah satu pembaharu Islam Indonesia dalam bidang ekonomi, berusaha untuk menuangkan pemikiran sosialisme Islam sebagai jawaban atas permasalahan sosio-ekonomi yang dihadapi umat Islam Indonesia. Atas dasar keyakinan agama yang kuat, Sjafruddin berkeinginan untuk menampilkan Islam sebagai kekuatan alternatif dalam menghadapi masalah sosio-ekonomi umat. Ia berpendapat bahwa negara Republik Indonesia yang berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, selalu menjunjung tinggi prinsip ketuhanan dalam segala bidang kehidupannya. Oleh karena itu, walaupun dalam mengatur kesejahteraan sosial, kelihatan prinsip-prinsip pemikiran sosialistis (pasal 33), namun negara Republik Indonesia bukan negara sosialis yang anti Tuhan, tetapi sosialisme yang berdasarkan pada religiusitas.

Maka ketika mengutip Alexander Miller dalam bukunya The Christian Significance of Karl Marx, Sjafruddin menegaskan bahwa ada jurang pemisah yang sangat dalam antara faham Marxisme dengan agama manapun juga. Oleh karena itu, haruslah diketahui oleh orang-orang yang menamakan dirinya komunis atau sosialis, bahwa dasar-dasar Marxisme itu yang penting di antaranya ialah histories materialism yang sama sekali bertentangan dengan faham ketuhanan dari tiap agama. Agama dipandang oleh Marxisme sebagai suatu dongengan yang hanya dipergunakan oleh beberapa orang dan golongan untuk mempertahankan kedudukannya dan menyembunyikan kejahatannya.

Bertentangan dengan Marxisme

Setelah Muhammad, tidak ada orang di dunia ini yang telah menggoncangkan pikiran manusia begitu kuat seperti Marx. Dan tidak ada satu ajaran yang dapat mengadakan perubahan yang begitu radikal di seperenam bagian dunia ini, seperti ajaran Marx. Apabila Marx itu tidak terang-terangan memungkiri adanya Tuhan dan memusuhi agama, mungkin ia di pandang sebagai seorang nabi oleh sebagian umat manusia. Sekalipun ia tidak dipandang sebagai nabi, namun oleh orang-orang komunis dan sosialis ia dihormati dan dijunjung, dan boleh dikatakan hampir sama dengan seorang nabi, sedang sosialisme itu bagi mereka seolah-olah sebagai ganti dari agama.

Jasa Marx dan murid-muridnya seperti Lenin, Stalin dan Mao Zedong kepada manusia bukan hanya terletak dalam bidang ekonomi, seperti perbaikan hidup berjuta-juta kaum gembel, melainkan juga dalam bidang kebatinan dan kerohanian. Sebab hanya dengan demikianlah dapat memahami ketahanan dan semangat pengorbanan dari berjuta-juta manusia yang sanggup menderita dari segala macam percobaan, hingga pada mati untuk cita-cita sosialisme. Katanya lebih lanjut, seluruh riwayat perjuangan sosialis di Rusia dan Tiongkok adalah bukti nyata bahwa, bukan benda yang primer yang menentukan semangat dan jiwa manusia, seperti diajarkan oleh histories materialism, tetapi sebaliknya: roh, akal, dan semangat manusialah yang memberi dasar kepada hidupnya dan yang sanggup menciptakan dunia baru. “Semangat”lah yang menguasai benda, bukan sebaliknya dan semangat itu beserta benda diciptakan oleh Tuhan.

Ada banyak arti yang dapat diletakkan kepada sosialisme, dan di antaranya banyak yang saling berbeda seperti bumi dengan langit. Maka sosialisme yang berdasarkan kepada dasar agama, berlainan dengan sosialisme Marxis. Untuk itu, para Pembaru Islam mempergunakan istilah sosialisme religius (religius socialism), yang berlainan sekali dengan sosialisme Marxis, bahkan bertentangan.

Menurut Sjafruddin, Marx hanya mengemukakan separo kebenaran saja. Alam benda memang penting untuk hidup manusia, tetapi bukan berarti bahwa di samping atau di atas alam benda itu tidak mungkin ada lagi sesuatu yang lebih kuasa terhadap manusia. Untuk hidup sebagai manusia, ia tidak cukup hanya seperti binatang belaka, manusia memerlukan norma-norma yang tidak terdapat dalam alam benda, tetapi diberikan oleh religi (agama) dan rasa ketuhanan.

Perbedaan itu diperlihatkan pula dengan memperbandingkan cara-cara mengarungi kehidupan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad dengan cara-cara yang dilakukan oleh para pengikut Marx. Sementara Nabi Muhammad dan para sahabat memperlihatkan perasaan kasih sayang terhadap sesama manusia, bahkan sampai kepada mereka yang dipandang sebagai musuh yaitu dengan menjauhkan perasaan, perbuatan dendam dan benci, revolusi yang dibangkitkan oleh Lenin dan Stalin, dijalankan dengan tidak mengenal perikemanusiaan.

Islam Sosialis di Indonesia

Menurut Nurcholish Madjid, dimensi lebih mendalam dari sosialisme religius ialah dikukuhkannya dasar moral cita-cita kemasyarakatan. Pelaksanaan cita-cita tersebut menjadi tidak hanya karena dorongan kehendak berkehidupan yang lebih bahagia di dunia saja, tetapi juga kehidupan yang lebih kekal di akhirat. Sosialisme religius tidak hanya komitmen kemanusiaan, tetapi juga ketuhanan. Sosialisme di Indonesia muncul dari nilai-niali agama. Sosialisme religius menolak pandangan hidup materialisme sebagaimana yang menjadi tujuan sosialisme Marxis. Sosialisme religius tidak juga hasil hukum dialektika, tetapi ia tampil sebagai tuntutan hati nurani, sebagai pergaulan hidup yang menjamin kemakmuran bagi semua orang, memberikan kesejahteraan yang merata, bebas dari segala macam penindasan. (Nurcholish Madjid, 1989).
Sosialisme religius Sjafruddin didasarkan atas tujuan hidup manusia yang dihimpun dari ayat-ayat al-Qur'an dan sunnah Nabi. Pertama, tujuan hidup manusia itu bukanlah mengejar kemakmuran akan materi, melainkan mencari Ridlo Allah Swt. Kedua, berhubungan dengan tujuan hidup manusia, maka Islam mengajarkan bahwa benda-benda itu hanyalah alat belaka, yang akan membantu manusia untuk hidup dan berbakti kepada Tuhannya.

Ketiga, di dalam al-Qur'an dan Hadis terdapat banyak sekali pernyataan-pernyataan, bahwa harta kekayaan itu wajib dibelanjakan di jalan Allah; yakni untuk tujuan-tujuan yang bermanfaat bagi sesama manusia. Keempat, perintah Allah untuk tidak takut dan ragu-ragu membelanjakan harta kekayaan guna tujuan-tujuan yang diridhai Allah, tujuan-tujuan yang bermanfaat bagi sesama manusia, disertai janji Tuhan dalam al-Qur'an (QS. al-A'raf: 96) dan (QS. al-Baqarah: 261).

Undang-undang Dasar 1945 juga mengamanatkan agar pembangunan yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia ini haruslah tetap mempertahankan nilai-nilai moralitas religius sebagai landasannya. Pemikiran sosialisme di Indonesia adalah dalam rangka untuk memberikan landasan moral religius bagi pembangunan bangsa dan negara terutama dalam pembangunan sosio-ekonomi, sehingga keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagai amanat konstitusi dapat direalisasikan.

Pada masa sulit seperti sekarang ini, sebagai akibat dari peninggalan rezim Orde Baru yang ditandai dengan adanya krisis moneter, krisis ekonomi dan krisis kepercayaan meyebabkan lemahnya partisipasi masyarakat untuk merespon pembangunan nasional, bahkan tidak jarang karena adanya kesenjangan sosial mengancam bangsa ini menuju pada disintegrasi yang sangat membahayakan. Krisis ekonomi dan politik di Indonesia ini pada hakikatnya merupakan geloofs dan morele crisis (krisis keimanan dan krisis moral), yang tidak dapat diobati dengan alat dan cara lain melainkan hanya dengan kembali kepada Tuhan melalui norma agama dan moral, yang menyuruh manusia bukan untuk mengejar kekayaan, melainkan untuk mengabdi dan berkorban guna kepentingan sesama manusia. Wallahualam Bishawab. [] Dari tulisan M. Masad Masrur (Aktifis MASIKA, Redaktur Jurnal ELCENDIKIA ICMI Orwil DKI Jakarta)

Tidak ada komentar: